Proposal PKMM Didanai DIKTI 2012

Alhamdullih, proposal PKMM saya dan teman-teman tahun 2012 ini berhasil lolos dan didanai DIKTI. Tapi, untuk pelaksanaan program baru bisa dilaksanakan mulai bulan Maret dikarenakan dana baru akan cari 70% pada minggu ke-II bulan Maret.

Berikut adalah kutipan dari Proposal PKMM.

A.      Judul

Upaya Pembangunan Ekonomi PSK (Pekerja Seks Komersial) Melalui Program Pelatihan Ketrampilan Jahit dan Training Kewirausahaan di Kenteng Silir Kec. Pasarkliwon Surakarta

B.      Latar Belakang Masalah

Masyarakat merupakan suatu komponen penting dalam pembangunan suatu negara berkembang. Ketika masyarakat itu baik, maka baik pula kondisi pertumbuhan negaranya. Begitu juga Indonesia, sebagai suatu negara berkembang, Indonesia membutuhkan segenap dukungan dari setiap bagian masyarakatnya. Tentunya bagian ini menjadi hal penting yang harus kita perhatikan, karena keberhasilan dalam pengelolaan wilayah kecil akan menentukan keberhasilan bagi wilayah yang lebih luas jangkauannya.

Membahas mengenai masyarakat tentunya tidak terlepas dari masalah ekonomi yang notabene begitu dekat bersinggungan dengan kondisi suatu masyarakat. Ekonomi suatu masyarakat yang carut marut, tentunya akan mempengaruhi perkembangan wilayah itu sendiri. Perkembangan ekonomi suatu masyarakat yang tidak baik tentunya akan mempengaruhi stabilitas perekonomian pada wilayah yang lain. Maka perhatian lebih yang dicurahkan untuk menyokong pertumbuhan ekonomi suatu wilayah merupakan hal yang penting dalam pembangunan kemajuan sebuah negara, Meskipun hal tersebut bukan merupakan hal utama bagi suatu tetapi permasalahan ekonomi merupakan hal yang membutuhkan perhatian lebih, mengingat himpitan ekonomi yang terjadi dalam kondisi saat ini bisa membuat orang melakukan apa saja untuk mencukupi kebutuhannya.

Minimnya lapangan pekerjaan juga menjadi alasan klasik yang sering kali membuat para pencari kerja menjadi berlaku kriminal untuk mendapatkan uang demi mencukupi kebutuhan keluarga. Seorang ibu rumah tangga yang merasa kebutuhannya tidak bisa tercukupi oleh sang suami bisa jadi bersedia melakukan apa saja untuk mendapatkan uang guna memenuhi kebutuhan sehari-hari. Fenomena lazim seperti ini juga yang terjadi di Kenteng Silir, sebuah wilayah memprihatinkan baik dalaam sektor sosial maupun ekonomi.

Sebagian penduduk Silir merupakan penduduk pendatang dari beberapa kota di Jawa Tengah, seperti Wonogiri, Sragen, Sukoharjo dsb. Rata-rata meraka dating ke Solo dalam usaha untuk memperbaiki nasib. Tetapi pada kenyataannya ketika mereka telah menetap di Solo, mereka justru terjerumus untuk menekuni pekerjaan sebagai PSK. Dan tentunya semua karena desakan ekonomi, tidak adanya pekerjaan yang bisa dilakukan juga menjadi alas an utama.Seperti suatu daerah pada umumnya, Silir merupakan bagian dari kawasan  kota Solo. Kota yang begitu terkenal dengan keluhuran budaya ataupun etikanya, kota yang terkenal dengan produk batiknya dan di kota inilah Silir terletak. Wilayah ini memang tidak begitu luas, tetapi menjadi kawasan yang cukup dikenal masyarakat. Bukan karena prestasinya, tetapi karena citra buruk yang dibentuk oleh daerah tersebut yaitu dikenal sebagai kawasan prostitusi. Prostitusi atau pelacuran menurut Budisoesetyo mempunyai pengertian sebagai suatu pekerjaan yang bersifat menyerahan diri kepada umum untuk perbuatan seksual dengan mendapat upah. (Simandjuntak, Beberapa Aspek Patologi Sosial 1981:25). Tentunya menjadi hal yang tidak pernah diharapkan oleh penduduk wilayah tersebut yang notabene tidak semua berprofesi sebagai PSK, tetapi tidak dipungkiri bahwa sebagian besar penduduknya adalah pekerja seks komersial.

Kondisi seperti inilah yang menggerakkan kami untuk berusaha memberikan sesuatu yang dapat bermanfaat guna mengangkat derajat para PSK ataupun mantan PSK yang tentu saja begitu membutuhkan pekerjaan untuk menyokong kehidupan mereka. Melalui pelatihan dan training kewirausahaan, kami mencoba membekali para PSK ini dengan keahlian menjahit dan keahlian berdagang ataupun usaha kecil-kecilan yang dapat mendatangkan uang guna mencukupi kebutuhan, tidak lagi dengan menjual diri untuk mendapatkan sesuap nasi.

C.      Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut

  1. Tingginya jumlah PSK di Desa Kenteng Silir.
  2. Rendahnya kesadaran PSK untuk berhenti dari pekerjaannya karena tuntutan ekonomi.
  3. Perlu adanya program pelatihan ketrampilan jahit dan kewirausahaan sebagai alternatif pekerjaan bagi para PSK.

D.      Tujuan

Tujuan program ini adalah sebagai berikut

  1. Meningkatkan kesadaran PSK untuk meninggalkan pekerjaan mereka,
  2. Memberikan program pelatihan dalam upaya membangun perekonomian para PSK.
  3. Memberikan alternatif pekerjaan yang halal untuk para PSK.

E.       Target Luaran

  1. Mengadakan acara pelatihan ketrampilan jahit bagi para PSK.
  2. Mengadakan training kewirausahaan sebagai alternatif pekerjaan
  3. Mengajak para PSK untuk berkomunikasi aktif dengan dunia luar yaitu dengan mengajak mereka mendatangi beberapa acara positif yang diadakan oleh lembaga-lembaga sosial.

F.        Kegunaan Program

  1. Bagi Sasaran
  • Kegunaan program ini bagi sasaran yaitu adanya kesadaran dari diri para PSK untuk meninggalkan pekerjaan mereka dan beralih pada pekerjaan yang halal, sehingga terjadi gerakan positif pada kehidupan PSK menuju ke taraf yang lebih mulia.

2.  Bagi Mahasiswa

  • Pelaksanaan program  ini diharapkan dapat menumbuhkan kepekaaan terhadap masyarakat sekitar.  Melatih  mahasiswa  untuk    bersosialisasi  dengan  baik  dan memupuk rasa kepedulian untuk bisa berkontribusi nyata kepada masyarakat terhadap ketidakstabilan kondisi sebagian masyarakat yang termarginalkan.

3.  Bagi Masyarakat

  • Kegunaan bagi masyarakat sekitar yaitu memberikan rasa aman dan nyaman atas hilangnya sedikit kekhawatiran terhadap suatu kondisi sebagian kecil masyarakat yang begitu memprihatinkan. Sekaligus untuk memberikan suatu contoh atas bentuk kepedulian kepada sesama.

G.          Gambaran Umum Masyarakat

Kenteng adalah sebuah perkampungan kumuh di wilayah kelurahan Semanggi Kecamatan Pasarkliwon Kota Surakarta. Pada masa pemerintahan presiden Soekarno kampung tersebut masih sangat kecil karena tempat tersebut dahulunya adalah tanah rawa-rawa. Pada umumnya masyarakat tersebut menempati areal dan belum memiliki sertifikat. Dalam perkembangannya daerah tersebut menjadi sebuah areal yang merupakan tempat untuk prostitusi dengan sebutan Silir, sehingga kampung Kenteng menjadi lebih besar dan banyak penghuninya. Sekitar tahun 1960-an tempat tersebut (Silir) oleh Pemerintah Kota Surakarta justru dijadikan tempat resosialisasi untuk para pekerja seks komersial. Dengan adanya kondisi semacam itu maka berdampak negatif bagi kehidupan generasi yang akan datang.

Pada sekitar tahun 1980 datang seorang pemuka agama yang peduli dengan kehidupan masyarakat kenteng yang semakin parah. Namun pada kenyataannya masyarakat setempat masih mengalami kesulitan dalam melaksanakan kegiatan ibadah. Selain dikarenakan sarana prasarana yang kurang juga dikarenakan kondisi pada saat itu yang oleh Pemerintah Kota daerah Kenteng/Silir dilegalkan sebagai tempat prostitusi. Dengan dilegalkannya Silir sebagai lokalisasi berdampak pada terisolasinya kampung Kenteng, karena kebetulan lokalisasi tersebut berada di kampung Kenteng.

Atas bantuan dari para donatur dan relawan dari daerah setempat terus diupayakan agar berdiri tempat ibadah. Dengan harapan bahwa adanya tempat ibadah mampu membuat masyarat setempat, khususnya yang berprofesi sebagai PSK mampu tergerak untuk beribadah.


H.     
Metode Pelaksanaan

Beberapa tahun terakhir, pemerintahan yang baru sempat memberikan perhatian untuk memberikan bantuan berupa materi agar mereka berhenti dari pekerjaanya. Akan tetapi bantuan yang diberikan tidak dimanfaatkan dengan semestinya, sehingga mereka masih tetap mempertahankan profesinya sebagai PSK secara diam-diam. Tentunya hal ini terjadi karena tidak hanya bantuan berupa materi yang dibutuhkan oleh para PSK, tetapi bimbingan dan program yang berkelanjutan sehingga dapat memberikan motivasi bagi mereka untuk memulai membangun hidup yang normal seperti masyarakat pada umumnya.

1. Analisis pra-program

Pada tahap pertama, kami akan mematangkan kembali konsep yang telah dirumuskan terutama terkait dengan materi, peserta, fasilitator, perijinan dan pembagian tugas.

2. Survey lapangan

Tahap ini dilakukan untuk mendapatkan informasi tambahan guna pembuatan rancangan materi yang akan diberikan untuk tahapan pemberian pelatihan kepada para PSK.

3. Administrasi perijinan

Di tahap ini kami akan mengurus perijinan kegiatan dengan kepala kelurahan dan masyarakat sekitar. Dalam hal ini kami bekerja sama dengan sebuah unit usaha kecil menengah untuk memberikan program pelatihan bagi para ibu-ibu PSK.

4. Penyuluhan

Pada tahap ini kami akan memberikan pengertian-pengertian kepada para PSK sekitar tentang pentingnya untuk mengikuti acara yang kami selenggarakan, dengan berkunjung kerumah-rumah para PSK.

5. Perekrutan peserta

Perekrutan peserta akan bekerja sama dengan ketua RW setempat untuk mendata para PSK yang bersedia mengikuti acara kami.

6. Pembuatan materi

Materi ini nantinya akan menjadi panduan bagi fasilitator dan peserta. Materi yang dibuat berfungsi sebagai acuan bagi fasilitator untuk menyampaikan rangkaian materi setiap pertemuannya.

7. Perekrutan fasilitator

Kami akan menggunakan sumber daya manusia mahasiswa Universitas Negeri Sebelas Maret. Tentunya dari mahasiswa yang bersedia berdedikasi untuk program ini. Kami dalam hal ini bekerja sama dengan unit usaha kecil untuk bersedia memberikan pelatihan dan training.

8. Persiapan sarana dan prasarana

Tahap ini merupakan tahap mempersiapkan sarana dan prasarana yang akan mendukung program ini.

9. Pembukaan dan orientasi

Muatan program yang paling penting dalam acara pembukaan adalah program awal pelatihan jahit, tentunya menjadi bagian yang penting sebagai penentu ketertarikan peserta.

10. Pelatihan dan pembimbingan

Tahap ini adalah pemberian program pelatihan berkelanjutan yang dikemas secara menarik yang bermanfaat untuk bekal para PSK dalam menciptakan lapangan pekerjaan bagi diri mereka sendiri. Ditutup dengan training kewirausahaan senagai pelengkap kemampuan mereka.

11. Evaluasi

Pada tahap evaluasi, peserta akan diberikan umpan balik tentang program yang telah dilaksanakan. Hal ini akan menjadi pertimbangan dalam kontinuitas program. Selain itu, akan diberikan juga sebuah bentuk apresiasi bagi peserta terbaik agar lebih bersemangat lagi untuk bekerja secara halal.

Selengkapnya dapad didownload disini.

Tinggalkan komentar